Selasa, 25 Desember 2012

Akhirnya Aku Bisa Menyaksikannya Masuk Islam

Semenjak aku menikah dengan Rehana, aku harus mulai beradaptasi dengan lingkungan baru ku yang mayoritas warganya non muslim. Istriku sendiri adalah seorang kristiani. Sehari-hari aku sendiri jarang pergi ke Masjid dan dia juga jarang pergi ke Gereja. Setelah beberapa tahun kemudian usia pernikahan kami, akhirnya kamipun di karuniai anak-anak oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Semenjak itu aku selalu berusaha memperkenalkan tentang Islam kepadanya dan mengajaknya untuk sesekali pergi ke Masjid bersamaku. Namun ia selalu menolak, dan semakin aku giat beribadah dan pergi ke masjid, dia pula semakin rajin beribadah dan pergi ke gereja. Kita selau bertentangan masalah keyakinan, dan di antara kita selalu bersikeras dan tidak mau mengalah salah satu untuk memeluk agamaku ataupun agama yang di anutnya.
Suatu hari aku menawarkan padanya bagaimana kalau satu akhir pekan kami akan pergi ke gereja dan satu akhir pekan lagi kita akan pergi ke masjid, dengan begitu aku ingin mengenalkan tentang islam kepadanya dan menunjukkan toleransiku sebagai seorang muslim terhadap non muslim. Namun, lagi-lagi dia menolaknya. Dalam hati aku berkata kepada diriku sendiri aku harus yakin dan berubah untuk menjadi lebih baik dan menunjukkan perilaku yang baik dan sopan dalam kehidupan sehari-hari seperti yang di syariatkan dalam Islam. Aku ingin menunjukkan kepada orang-orang di sekitarku bahwa Muslim tidak seburuk yang mereka kira.

Semenjak itulah ada sedikit perubahan dari Rehana, ia mulai sedikit tertarik mendengan ceritaku mengenai Islam. Dan suatu ketika ia pun berminat untuk mengunjungi masjid bersamaku. Disana ia terlihat sangat terkesan saat mendengarkan ceramah dari seorang imam setelah selesai sholat berjamaah. Setiap harinya Rehanapun rajin membaca buku-buku islami dan mempelajarinya. Alhamdulillah akhirnya Alloh membalas kesabaranku selama ini, Rehanapun mengucapkan ikrar ke islamannya dengan membaca dua kalimat syahadat. Dan akupun sangat bersyukur, akhirnya kami sekeluarga bisa menjadi muslim dan akan membimbing anak-anak bersama menjadi seorang muslim sejati tanpa harus ada kebimbangan anak-anak dalam beribadat seperti yang lalu-lalu.

Setelah Renana memeluk Islam, ia mulai merubah penampilannya dengan menutup auratnya dengan baik dan rapi seperti yang di ajarkan di dalam agama Islam, dia menutupi kepalanya seperti wanita muslim teladan dan iapun bertanya-tanya mengapa banyak wanita Muslim yang lahir tidak mematuhi aturan pakaian dalam Islam. Dia juga ingin mendidik dan menyekolahkan anak-anak kami di sekolah Islam. Setiap hari kami rajin pergi ke masjid, bahkan dia selalu mengingatkan lebih awal ketika mendengan kumandang adzan untuk segera pergi ke masjid. Aku sangat bersyukur dan beruntung memiliki istri sepertinya, yang akhirnya bisa menjadi istri yang baik untukku dan anak-anakku. Akhirnya masalah dalam rumah tanggaku mengenai keyakinan teklah berakhir. Aku meliha Rehana setiapharinya berjuang keras untuk belajar lebih banyak tentang Islam. Ia juga berkata padaku, bahwa dengan mempelajari Islam mampun membuat hati dan pikirannya menjadi tenang.

Setiap kali kami berbicara, aku menemukan dia menjadi Muslima lebih nyata dibanding Muslim lahir dan tradisional. Cintanya untuk mempelajari Islam lebih dalam adalah inspirasi bagi ku. Rehana sangat berterima kasih kepada ku karena telah menjadi imam untuknya dan telah mengajarkan dan memperkenalkan tentang Islam kepadanya. Yang menbuatku terkejut adalah penerimaan orang tua Rehana terhadap keislamannya. Orangtua dan keluarganya yang juga non muslim tidak mempermasalahkan terntang perpindahan agama putri mereka, bahkan ketika kami berkunjung ke rumah orang tuanya atau mertuaku, kami masih di sambut hangat olehnya dan suasana kekeluargaanpun masih menyelimuti kami saat kami tengah berkumpul bersama.

Malam itu rencananya kami mengundang makan malam meruaku beserta kerabatku yang lainnya ke rumah, meskipun kami berbeda agama, namun aku dan istriku harus tetap menjunjung tinggi toleransi kami dengan agama lain. Meskipun mereka berbeda keyakinan denganku dan istriku Rehana, bagaimanapun mereka adalah mertua dan kerabatku yang selama ini telah baik dan menyayangiku. Aku berharap suatu hari nanti mereka juga akan memeluk Islam seperti yang di lakukan oleh Rehana. Waktu menunjukkan larut malam, namun mertuaku belum datang juga, tiba-tiba ada telpon masuk, dan setelah aku mengangkatnya ternyata dari seseorang di rumah sakit yang mengabarkan bahwa mertuaku mengalami kecelakaan. Aku dan Rehana segera bergegas menuju ke rumah sakit. Sesampainya di sana aku melihan ayah mertuaku tengah berbaring dan sedang di rawat karena mengalami luka-luka. Sedangkan Ibu mertuaku berbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit, dan dokter bilang luka yang di alami Ibu mertuaku cukup parah, sehingga waktu itu beliau belum sadarkan diri. Istriku sangat cemas dan terpukul melihat keadaan orang tuanya. Di samping ranjang ibunya, ia membacakan ayat-ayat al-Qur’an dengan berlinang air mata. Dengan melihat kondisi ibunya yang kritis, ia khawatir ibunya akan meninggal dalam keadaan belum masuk islam. Aku lihat ia sangat rajin sholat dan berdo’a di samping pembaringan ibunya. Aku cukup mengerti perasaan istriku.

Beberapa hari semenjak kecelekaan itu, Ayah mertuaku mulai pulih kondisinya dan oleh dokter di izinkan untuk pulang. Namun, tidak demikian dengan ibu mertuaku, beliau masih belum sadarkan diri juga. Setiap harinya aku menemani istriku untuk menjenguk ibu mertuaku dan kamipun berdo’a bersama untuk kesembuhan ibu mertuaku. Di lain sisi, ternyata ayah mertuaku di antar dengan salah seorang kerabatku, juga rajin untuk menengok kondisi Ibu mertuaku, mereka juga sering menyaksikanku sembahyang di samping pembaringan Ibu mertuaku. Dan sepertinya ayah mertuaku sedikit tertari dengan cara kami dalam mempraktekkan ajaran agama Islam, karena beliau jadi sering bertanya-tanya mengenai islam kepaka kami.
Malam itu saat istriku sedang membacakan ayat-ayat al-Qur’an di samping pembaringan Ibu mertuaku, tiba-tiba beliau mulai sadar, dan bertanya kepada istriku tentang apa yang di lakukannya dan apa yang sedang ia ucapkan di telinganya.
“Bahasa apa itu, kedengarannya sedikit aneh di telingaku,..”,ucap Ibu mertuaku yang baru sadar kepada Rehana.
“Ini adalah bacaan Al-Qur’an bu,...”,.. jawab istriku dengan senyum bahagia melihat ibunya yang tengah sadar.
Sejenak Ibu mertuaku terdiam, dan istriku melanjaudkan melantunkan ayat-ayat al-Qur’an,... sepertinya ibu mertuaku tengah mendengarkan dan menikmati lantunan ayat-ayat al-Qur’an yang tengah di bacakan oleh Rehana. Aku melihatnya kagum kepada isriku dan aku semakin menyayanginya.

Akhirnya, hari demi hari ada perkembangan baik dari kondisi Ibu mertuaku, kata dokter kondisinya semakin membaik. Setelah Ibu mertuaku mulai pulih dan di izinkan pulang oleh dokter, aku dan Rehana memutuskan untuk merawat beliau di rumah hingga kondisi beliau benar-benar pulih. Mungkin semua itu atas kehendak dan rahmat Alloh, pada akhirnya Ibu mertu beserta Ayah mertuaku bersedia untuk masuk Islam . Kami sangat bersyukur dan bahagia, dan kami berharap bisa saling mengingatkan dan membimbing menuju jalan yang di ridhoi oleh Alloh.

Setelah kondisi ibu mertuaku benar-benar pulih, kami memutuskan untuk pindah rumah dan mengajak mertuaku juga untuk menempati tempat tinggal baru kami di lingkungan muslim, agar mertua ku bisa beradaptasi dengan lingkungan muslim dan kami akan kembali ke rumah kami yang lama, setelah mertua kami cukup memahami tentang ajaran Islam....

Sekian,....

0 komentar:

Posting Komentar

    About