Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Februari 2013

JATILAN


Jatilan adalah sebuah kesenian yang menyatukan antara unsur gerakan tari dengan magis. Jenis kesenian ini dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Kesenian yang juga sering disebut dengan nama jaran kepang ini dapat dijumpai di daerah-daerah Jawa.
Mengenai asal-usul atau awal mula dari kesenian jatilan ini, tidak ada catatan sejarah yang dapat menjelaskan dengan rinci, hanya cerita-cerita verbal yang berkembang dari satu generasi kegenerasi lain. Dalam hal ini, ada beberapa versi tentang asal-usul atau awal mula adanya kesenian jatilan ini, diantaranya adalah sebagai berikut. Konon, jatilan ini yang menggunakan properti berupa kuda tiruan yang terbuat dari bambu ini merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Selain itu, ada versi lain yang menyebutkan, bahwa jatilan menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Adapun versi lain menyebutkan bahwa tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, raja Mataram untuk mengadapi pasukan Belanda.
Pagelaran kesenian ini dimulai dengan tari-tarian oleh para penari yang gerakannya sangat pelan tetapi kemudian gerakanya perlahan-lahan menjadi sangat dinamis mengikuti suara gamelan yang dimainkan. Gamelan untuk mengiringi jatilan ini cukup sederhana, hanya terdiri dari drum, kendang, kenong, gong, dan slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Lagu-lagu yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta, namun ada juga yang menyanyikan lagu-lagu lain. Setelah sekian lama, para penari kerasukan roh halus sehingga hampir tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan, mereka melakukan gerakan-gerakan yang sangat dinamis mengikuti rancaknya suara gamelan yang dimainkan.
Di samping para penari dan para pemain gamelan, dalam pagelaran jatilan pasti ada pawang roh yaitu orang yang bisa “mengendalikan”roh-roh halus yang merasuki para penari. Pawang dalam setiap pertunjukan jatilan ini adalah orang yang paling penting karena berperan sebagai pengendali sekaligus pengatur lancarnya pertunjukan dan menjamin keselamatan para pemainnya. Tugas lain dari pawang adalah menyadarkan atau mengeluarkan roh halus yang merasuki penari jika dirasa sudah cukup lama atau roh yang merasukinya telah menjadi sulit untuk dikendalikan.
Selain melakukan gerakan-gerakan yang sangat dinamis mengikuti suara gamelan pengiring, para penari itu juga melakukan atraksi-atraksi berbahaya yang tidak dapat dinalar oleh akal sehat. Di antaranya adalah mereka dapat dengan mudah memakan benda-benda tajam seperti silet, pecahan kaca, menyayat lengan dengan golok bahkan lampu tanpa terluka atau merasakan sakit. Atraksi ini dipercaya merefleksikan kekuatan supranatural yang pada jaman dahulu berkembang di lingkungan kerajaan Jawa, dan merupakan aspek nonmiliter yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.
Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional jatilan ini seringkali juga mengandung unsur ritual karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang atau dukun melakukan suatu ritual yang intinya memohon ijin pada yang menguasai tempat tersebut yang biasanya ditempat terbuka supaya tidak menggangu jalannya pagelaran dan demi keselamatan para penarinya.
Pagelaran ini seperti pagelaran seni yang lainnya yang umumnya mempunyai suatu alur cerita. Jadi biasanya jatilan ini membawakan sebuah cerita yang disampaikan dalam bentuk tarian. Saat ini tidak banyak orang yang melihat pertunjukan seni dari sisi pakem bentuk kesenian tersebut melainkan dari sisi hiburannya, yang mereka lihat dan lebih mereka senangi adalah bagian dimana para pemain jathilan ini seperti kerasukan dan melakukan atraksi-atraksi berbahaya. Jadi masyarakat melihat Jathilan sebagai sebuah pertunjukan tempat pemain kerasukan. Bukan sebagai pertunjukan yang ingin bercerita tentang suatu kisah.
Kesenian jatilan yang dipertunjukan pada upacara adat Mbah Bergas diawali dengan kesenian warok-warokan, yaitu suatu bentuk kesenian yang berjudul Suminten Edan”. Lakon ini bercerita tentang Suromenggolo yang mempunyai anak bernama Cempluk. Suromenggolo mempunyai saudara seperguruan yang bernama Surobangsat. Surobangsat dan Suromenggolo telah lama tidak berjumpa sehingga ia mengunjungi Suromenggolo. Surobangsat mempunyai anak yang bernama Gentho. Surobangsat bermaksud menjodohkan Gentho dengan cempluk. Namun Suromenggolo tidak setuju. Kemudian terjadilah pertarungan antara keduanya. Surobangsat kalah setelah Suromenggolo mengeluarkan aji-aji pamungkas yang berupa kolor.
Setelah pertunjukan warok-warokan selesai, dilanjutkan dengan pertunjukan tarian oleh pasukan buto yang berjumlah sepuluh orang penari. Tarian ini sebagai kreasi atau sebagai perkembangan dari pertunjukkan jatilan untuk lebih memeriahkan pertunjukan jatilan dan menarik perhatian warga untuk menyaksikan. Gerakan-gerakan tarian ini sangat dinamis dan enerjik, gerakan yang serempak para penari membuat para penonton terpesona.
Aksesoris yang dipakai para penari antara lain gelang kaki, gelang tangan, dan topeng buto yang berwujud hewan-hewan seperti harimau, domba, dan singa. Gerakan yang sangat cepat dan lincah dari para penari membuat gelang kaki yang mereka pakai menimbulkan irama yang rancak.
Setelah pertunjukan tarian buto selesai kemudian dilanjutkan tarian jatilan. Jumlah penari jatilan ada sepuluh orang. Aksesoris yang digunakan antara lain gelang tangan, gelang kaki, ikat lengan, kalung (kace), mahkota (kupluk Panji), dan keris. Makna dari busana dan aksesoris yang digunakan adalah meniru tokoh Panji Asmarabangun, yaitu putra dari kerajaan Jenggala Manik. Dalam pertunjukan jatilan ini juga ada tiga pawang yang bertugas untuk mengatur, menjaga dan menjamin lancarnya pertunjukan, pawang-pawang ini juga bertugas untuk menyadarkan para penari yang kerasukan.
Dalam pertunjukan jatilan juga disediakan beberapa jenis sesaji antara lain pisang raja satu tangkep, jajanan pasar yang berupa makanan-makanan tradisional, tumpeng robyong yaitu tumpeng robyong yang dihias dengan kubis, dawet, beraneka macam kembang, dupa Cina dan menyan, ingkung klubuk (ayam hidup) yang digunakan sebagai sarana pemanggilan makhluk halus dan lain-lain.
Jatilan yang ditampilkan dalam upacara adat Mbah Bergas merupakan sajian dari Paguyuban Kesenian Kuda Lumping Putra Manunggal. Paguyuban ini didirikan sekitar pada tahun 1992. Para penari jatilan berserta penabuh gamelan kurang lebih berjumlah empat puluh orang. Mereka berlatih setiap satu bulan sekali pada pertengahan bulan (biasanya pada malam minggu). Cerita yang disajikan adalah mengadopsi dari Jatilan klasik, yaitu tentang cerita tokoh Kresna. Sedangkan pada warok-warokan selain menampilkan cerita “Suminten Edan” juga mengambil cerita dari babad-babad Jawa, antara lain perang Prabu Baka dengan para Buto.

Selasa, 01 Januari 2013

Menyambut Datangnya Tahun Baru 2013

31 Desember 2012, Dalam rangka menyambut kedatangan tahun baru 2013, di kecamatan Trawas kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Masyarakat se kecamatan mengadakan pawai yang di ikuti oleh drumband se kecamatan mulai dari drumband SD hingga SMP. Selain itu, juga mengundang kesenian Bantengan dan Pencak silat guna untuk memeriahkan pawai tersebut. Seluruh warga yang ikut mengisi pawai berkumpul di lapangan Trawas dan pawai di berangkatkan dari sana kemudian finish atau berakhir di terminal Trawas. Acara tersebut di mulai dari jam 8 pagi. Di terminal telah di sediakan panggung yang di gunakan untuk melakukan atraksi Pencak silat dan Bantengan dan pertunjukan lainnya setelah pawai tersebut selesai. Kemudian pada malam harinya di gelar sebuah orkes di terminal Trawas untuk memeriahkan malam tahun baru.










Sebenarnya selain acara pawai dalam rangka menyambut kedatangan tahun baru, di kecamatan trawas juga sering mengeadakan pawai-pawai lainnya dalam acara tertentu,.....

Selasa, 25 Desember 2012

Foto-foto Pre Wedding



















Keris Luk 1 (Satu)




Dalam pembuatannya, keris ber-luk 1 memiliki makna sebagai sarana untuk membantu pemiliknya mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dan membantu supaya keinginan-keinginan si pemilik dapat lebih cepat tercapai, misalnya keinginan dalam hal kepangkatan dan derajat.

Angka 1 merupakan lambang harapan dan karunia kesejahteraan, kemakmuran dan kemuliaan. Dibandingkan keris lurus, keris ber-luk 1 lebih menandakan kekuatan hasrat duniawi manusia yang ingin dicapai.

Biasanya keris ber-luk 1 mengeluarkan hawa aura yang agak panas dan sifat energi yang tajam. Kebanyakan dibuat untuk tujuan kesaktian, kekuasaan dan wibawa.

Sedangkan alamt pemilik keris tersebut berada di desa Tamiajeng (RT 2/ RW 1), kecamatan Trawas, kabupaten Mojokerto. Nama pemiliknya adalah Bahrul Ulum.....

Kamis, 06 Desember 2012

Various kinds of traditional dance from East Java

1. Dongkrek Dance

Dongkrek is one of the arts of Madison or rather came from Sub Mejayan, Kabupten Madison. Dongkrek name itself comes from the voice sounds 'dung' from the drum or drums and "crick" that comes from an instrument called the match.

2. Gandrung Dance

Banyuwangi is a type of dance that originated from Banyuwangi word "" Gandrung "" defined as public fascination Blambangan the agrarian to the rice goddess Dewi Sri as that brought prosperity to the community dances performed Gandrung Banyuwangi as the embodiment of gratitude after each harvest.


Kamis, 29 November 2012

Art "Jaran Kepang"

Art lesson braid that has now become part of the artistic activities of East Java, the first art is done not merely a form of entertainment performers per se, but the lesson has braids ritual purposes as repellent reinforcements.'Bala' is defined as being negative, can be defined as a disease, or something that is caused due to influences from the spirits.Jaran braid usually as accompaniment completeness "Reog" with other figures such as 'white tiger' and 'Jatilan'. But in its development. Jaran braid groups currently forming art. Like 'Jaranan' and 'Kuda Lumping' In some areas of the arts are used as a companion horse braid offerings in traditional ceremonies such as 'metri earth' or respect for the ancestral forerunner to the establishment of an area or 'surgical Krawang'.Jaran braid usually some call as the horse lumping. 

Art Ludruk


Ludruk is one Timuran Javanese art is very well known, the art of the stage which is generally all players are men. Currently, the traditional ludruk can be found in the area Surabaya, Mojokerto and Jombang; despite the existence defeated by modernization.
Ludruk is a traditional drama that was exhibited by an arts group in gelarkan disebuah stage to take the story of people's daily lives, struggles and other stories are interspersed with jokes and accompanied by gamelan as a musical. Dialogue / monologue in ludruk are entertaining and make the audience laugh, natural language Surabaya, though sometimes there are guest stars from other areas such as Jombang, Malang, Madura, Madiun with a different accent. Straightforward language used on ludruk, making him easily absorbed by the non-intellect (pedicab drivers, watchmen, drivers angkotan, etc). A ludruk staging usually begins with Remo Dance and interspersed with staging a character memerakan "Mr. Sakera", a master of Madura.

Selasa, 27 November 2012

Traditional Dance of Majapahit

Different types of dances dating back to the Majapahit kingdom centered on the Site Trowulan, Mojokerto, East Java, disappeared without a trace. A number of dance artists and practitioners in Mojokerto trail difficulty and various dance forms that live and thrive in that period.
Therefore, in creating some kind of dance, the artists often linked choreography created by stories in various books as written in Pararaton or Negarakertagama. Setu said several dances that have been constructed again it is the core of Gadjah Mada dance story when Raden Wijaya crowned as king.
There are also dances that portray sadness at Hayam WUR uk seventh day widowed mother, Tribhuwana Wijayottunggadewi. There are also dance and Geger Sawung MIAK Prahoro Brangwetan in the group dances kolosal.Lalu of the dance single, separate context, there is a dance Tri Sa rkono, Pvt Bhayangkari, Wiro Bastam, and Mayang Rontek. Rontek Mayang dance for a while the relatively frequently staged and therefore considered to be one of the representative.

Sabtu, 17 November 2012

Kesenian Bantengan

             Bantengan merupakan salah satu kaesenian yang terkenal di masyarakat , tepatnya di kecamatan Trawas kabupaten Mojkerto. Sebenarnya kesenian bantengan ini tidak hanya di lingkungan kecamatan Trawas saja, namun juga menyebar ke berbagai daerah terutama di Jawa Timur. Namun tak semua masyarakat di Jawa Timur mengenalnya. Kesenian ini banyak di gelar dalam acara hajatan, pawai maupun acara-acara lainnya. Hampir di semua desa di kecamatan Trawas memiliki grup kesenian tersebut. Bahkan ada pula yang satu desa memiliki tiga grup sekaligus dengan nama yang berbeda-beda tentunya. Selain bantengan sendiri, biasanya dalam satu grup kesenian tersebut ada perpaduan antara Bantengan dengan Kuda Lumping atau Jaran Kepang (Dalam Bahasa Jawa). Dalam aksi permainannya pasti ada adegan kesurupan alias kerasukan makhluk gaib, itu pasti,

    About