Jumat, 14 Desember 2012

Mutiara Berdebu, Ilmuwan-Ilmuwan Islam dalam Sejarah Peradaban Dunia


Selama ini banyak orang memandang kita, orang-orang Islam hanya sebelah mata. Banyak orang menganggap muslim sebagai orang yang kaku, miskin, ketinggalan zaman, dan memiliki perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berada jauh di bawah orang-orang non muslim. Muslim kadang dianggap tidak lebih intelek dari orang-orang barat non muslim dengan segala kecanggihan yang dimiliki mereka. Bahkan ilmuwan-ilmuwan yang kita kenal pasti berasal dari orang-orang barat yang mayoritas adalah non muslim. Namun, apakah kita tidak pernah tahu bahwa semua anggapan itu salah. Sebenarnya kita memiliki banyak sekali mutiara kebanggaan, hanya saja mutiara-mutiara itu seolah berdebu, tidak tampak kemilaunya.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dengan agama, terutama agama islam. Islam sebenarnya menjadi basis dari adanya sains karena Islam memandang agama sebagai landasan pengatur semua aspek kehidupan. Segala sesuatu yang manusia bangun dalam pemikirannya harus berlandaskan aqidah Islam seperti yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an yaitu

خَلَقَ الَّذِي رَبِّكَ بِاسْمِ اقْرَأْ
 Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan (Al-Alaq :1)

Jelaslah bahwa dari ayat ini manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Namun, iqra’ harus tetap diiringi dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْل   وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang orang yang berakal. (Ali Imran : 190).

Al-Quran merupakan kumpulan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan memuat segala aspek kehidupan manusia yang meliputi landasan bagaimana manusia hidup di dunia. Tidak hanya itu, sains pun sebenarnya sudah ada dalam Al-Quran dan dapat dibuktikan secara ilmiah baru-baru ini seiring berkembangnya teknologi.

Salah satu keajaiban Al-Quran berkaitan dengan sains diantaranya yaitu mengenai terbentuknya alam semesta ini. Pada tahun 1929 di Observatorium California Mount Wilson, Astronom berkebangsaan Amerika Edwin Hubble menghadirkan salah satu penemuan terbesar dalam sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang bintang dengan teleskop raksasa, ia mendapati cahaya dari bintang bintang itu berubah ujung spektrumnya menjadi merah dan ini lebih memperjelas bahwa bintang bintang itu menjauh dari bumi. Penemuan ini mempengaruhi dunia ilmu pengetahuan, karena menurut teori ilmu fisika yang sudah diakui, spectrum cahaya berkerlip-kerlip yang bergerak mendekati tempat observasi tersebut cenderung mendekati warna merah. Artinya bintang bintang itu menjauh dari kita secara tetap. Artinya bahwa alam semesta bertambah luas secara tetap. Alam semesta yang bertambah luas itu menunjukkan bahwa jika alam semesta bergerak mundur dalam hal waktu, maka alam semesta berasal dari titik tunggal. Alam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal itu yang luar biasa dahsyatnya dan disebut Big Bang. Teori ledakan itu menunjukkan bahwa pada awalnya, semua objek di alam semesta merupakan satu dan kemudian terpisah pisah. Hal ini ternyata telah dinyatakan terlebih dahulu di Alqur’an berabad abad yang lalu ketika manusia masih memiliki pengetahuan yang amat terbatas tentang alam semesta.[1]

شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ  كَانَتَا رَتْقاً فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاء كُلَّ أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ

Dan Apakah orang orang yang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan, dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka, mengapakah mereka tiada juga beriman? (Al-Anbiya’ : 30)

Dari fakta tersebut, dalam hati kita pasti terbesit pertanyaan “Mengapa dari dulu ilmuwan-ilmuwan sains kebanyakan adalah orang non muslim seperti Einstein, Issac Newton, dan sebagainya padahal Al-Quran adalah milik orang muslim? Mengapa selama ini tidak ada ilmuwan-ilmuwan islam?” Sebenarnya jika kita menelusuri sejarah peradaban yang lalu, ternyata terdapat banyak sekali ilmuwan Islam yang tidak kalah dengan ilmuwan-ilmuwan non muslim. Hanya saja mereka tidak diakui atau diabaikan oleh para sejarawan barat.

Para ahli sejarah menuliskan bahwa keruntuhan Romawi yang ditandai dengan luluh lantaknya Roma oleh serangan Alaric, Raja Jerman pada 410 M dan dipindahkannya ibu kota Romawi ke Konstatinopel oleh kaisar Romawi, Romulus Augustus adalah Zaman Kegelapan, zaman ketika peradaban barat tanpa ilmu dan sastra. Padahal, pada masa Zaman Kegelapan Eropa itulah, di Timur Tengah terdapat suatu peradaban yang memunculkan temuan-temuan dalam bidang sains, teknologi, kedokteran, dan filsafat.[1] Para ilmuwan Islam seolah menjadi “Mutiara Berdebu”, gemilang namun terabaikan, tak tampak sinarnya.

Mutiara berdebu itu diantaranya adalah[2]  :

1.    Abdurrahman Al-Khazini

Abdurrahman Al-Khazini adalah seorang saintis yang berasal dari Bizantum (Yunani) yang menemukan jam air sebagai alat pengukur waktu. Beliau merupakan saintis Muslim serba bisa yang menguasai astronomi, fisika, biologi, kimia, matematika dan filsafat. Al-Khazani juga seorang ilmuwan yang telah mencetuskan beragam teori penting dalam sains dalam penjelasannya mengenai perbedaan antara gaya, massa, dan berat, serta menunjukkan bahwa berat udara berkurang menurut ketinggian. Salah satu ilmuwan Barat yang banyak terpengaruh adalah Gregory Choniades, astronom Yunani yang meninggal pada abad ke-13.

2.    Ibn al-Haytham

Ibn al-Haytham adalah seorang ahli fisika eksperimentalis pada abad ke-11, pakar optic dan pencetus metode eksperimen. Bukunya, Al-Manedir (Book of Optics), khususnya dalam teori pembiasan, diadopsi oleh Snellius dalam bentuk yang lebih matematis. Pada Abad Pertengahan Eropa, teori optiknya sudah sangat dikenal dan karyanya banyak dikutip oleh ilmuwan Eropa. Isaac Newton dan Galileo Galilei menggabungkan teori al-Haytham dengan temuan mereka. Teori konvergensi cahaya tentang cahaya putih terdiri dari beragam warna cahaya yang ditemukan oleh Newton,  juga telah diungkap sebelumnya oleh al-Haytham abad ke-11. Al-Haytham dikenal juga sebagai pembuat Camera Obscura atau “pinhole camera”. Kamera al-Haytham berbentuk bilik gelap yang diterangi berkas cahaya dari lubang di salah satu sisinya. Kemudian Ilmuwan Inggris Roger Bacon (1292) menyederhanakan bentuk hasil kerja Al-Haytam, yaitu mengenai kegunaan lensan kaca untuk membantu penglihatan.

3.    Ibnu Khatir

Ibnu Khatir adalah seorang ilmuwan muslim dalam bidang Fisika-Astronomi. Beliau mempelajari revolusi planet Merkurius. Karya dan persamaan matematikanya sangat mempengaruhi Nicolas Copernicus yang pernah mempelajari karya-karyanya.

4.    Zainudden Abdurrahman

Zainudden Abdurrahman adalah ilmuwan Islam sebagai ahli astronomi masjid Mesir. Beliau merupakan penemu jam matahari.

5.    Ibn Firnas

Ibn Firnas adalah seorang ilmuwan Spanyol yang sudah membuat kacamata dan menjualnya ke seluruh spanyol pada abad ke-9. Christoper Colombus ternyata menggunakan kompas yang dibuat oleh para ilmuwan muslim Spanyol sebagai penunjuk arah saat menemukan benua Amerika.

6.    Al-Battani

Al-Battani adalah seorang ilmuwan Islam yang mengoreksi sistem astronomi Ptolomeus, orbit matahari dan planet tertentu. Beliau membuktikan kemungkinan gerhana matahari tahunan dan merancang jam matahari. Karya beliau De Scientia Stellarum dipakai sebagai rujukan oleh ilmuwan Barat Kepler, Copernicus, Regiomantanus dan Peubach.

7.     Ibnu Sina

Ibnu Sina merupakan ilmuwan islam dalam bidang kedokteran. Beliau adalah pelopor yang menemukan penyebaran penyakit dengan air. Dalam bidang kedokteran, peradaban Islam mencatatkan sejarah yang gemilang, hal ini disebabkan karena pengobatan sangat erat kaitannya dengan agama.

Dan masih banyak lagi Mutiara Berdebu lain selama sejarah Peradaban Dunia.

Jadi, dibalik sejarah peradaban dunia selama ini terdapat banyak sekali Mutiara Berdebu, para ilmuwan Islam, tetapi mereka dipandang sebelah mata. Namun, apakah Sang Mutiara Berdebu akan selamanya tetap berdebu? Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah kita tidak ingin menjadi ilmuwan-ilmuwan besar seperti mereka? Apakah kita hanya duduk diam dan berpangku tangan saja? Kita para calon ilmuwan muda memiliki tanggung jawab untuk itu semua. Kita harus bisa menjadi mutiara-mutiara berikutnya. Kita kembangkan iptek untuk peradaban manusia. Kita tunjukkan bahwa kita adalah muslim hebat yang tidak kalah dengan orang-orang barat. Bukankah Allah telah memerintahkan kita untuk terus belajar. Sungguh Allah telah memberikan segala nikmat yang kita butuhkan mulai dari mata untuk melihat alam yang indah, tangan untuk merasakan bentuk- bentuk ciptaan Allah SWT, hidung untuk terus menghirup udara yang segar nan menyegarkan, dan akal untuk berpikir. Gunakan semua kenikmatan itu untuk menghasilkan sesuatu yang baru, sesuatu yang pada akhirnya dapat membawa nama muslim ke dalam daftar ilmuwan yang dikenal dunia.

Tunggu apa lagi para calon ilmuwan muda? Muslim bangkit Islam Bangkit ALLAHUAKBAR!

Sumber : http://blog.ub.ac.id/ayudianitakurniaputri/2012/12/03/mutiara-berdebu-ilmuwan-ilmuwan-islam-dalam-sejarah-peradaban-dunia/

0 komentar:

Posting Komentar

    About